Tahun-tahun awal kehidupan seseorang memiliki pengaruh yang signifikan. Anak-anak yang mendapat pengasuhan yang optimal di usia dini akan belajar lebih baik di sekolah, memiliki karier yang lebih sukses, memiliki kesehatan yang lebih baik, dan memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita beberapa penyakit dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menerima pengasuhan yang optimal di usia dini.
Namun, pendidikan dan pengembangan anak usia dini masih kurang. Pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-44 dari 45 negara Asia dalam Indeks Starting Well, yang menilai sejauh mana pemerintah menyediakan lingkungan PAUD yang berkualitas dan inklusif untuk anak-anak usia tiga hingga enam tahun.
Keluarga sangat penting untuk pertumbuhan anak, terutama di Indonesia, di mana sebagian besar anak tidak pergi ke taman kanak-kanak. Anak-anak yang tidak menerima asuhan yang cukup dari orangtua dan keluarga memasuki jenjang pendidikan dasar ketika mereka berusia tujuh tahun dan tidak siap untuk belajar.
Sekitar 80% perkembangan otak terjadi selama tiga tahun pertama, dan 10% tambahan terjadi selama dua tahun berikutnya. Ini menunjukkan bahwa pengalaman yang mereka alami sebelum masuk ke kelas, baik positif maupun negatif, membentuk sembilan puluh persen perkembangan otak mereka.
Peran Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini
Orang tua dan keluarga adalah pengasuh utama anak-anak pada usia dini, jadi penting bagi mereka untuk memahami jenis interaksi positif yang dibutuhkan anak-anak dan bagaimana mereka dapat membantunya terjadi.
Penelitian terbaru dari Bank Dunia menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua, termasuk ayah, yang aktif dalam kegiatan prasekolah sangat penting untuk kesiapan anak untuk memasuki sekolah.
Banyak anak-anak Indonesia berusia lima tahun ke bawah tidak mencapai potensi sepenuhnya karena mereka kekurangan perawatan, nutrisi yang cukup, dan kesempatan yang cukup untuk belajar sambil bermain saat otak mereka berkembang dengan cepat.
Untuk anak berusia dua tahun ke bawah, ada beberapa kelompok bermain dan pusat kegiatan bermain, tetapi hanya 0,8 persen bayi dan batita di Indonesia yang dapat menggunakan layanan ini.
74 persen desa memiliki taman kanak-kanak untuk usia tiga hingga lima tahun. Namun, karena sebagian besar disediakan oleh perusahaan swasta dan bukan pemerintah, banyak orang tua masih menganggapnya sebagai kemewahan daripada kebutuhan primer, sehingga partisipasi hanya 34,6 persen.
Tinggalkan komentar